Hubungan Tingkat Stres Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Pada Remaja Akhir Di SMA Masehi Jepara

Abstract

Menurut Piaget, masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Semenjak memasuki masa remaja, setiap individu mengalami perubahan fisik yang cepat. Salah satu perubahan fisik yang menandai sifat kedewasaan remaja ialah menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Stres jangan dianggap mudah sebab akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh. Bisa saja karena stres, si ibu jadi mudah lelah, berat badan turun drastik, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu. Penelitian ini dilakukan pada bulan September- Oktober 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan mengkaji hubungan  antar variabel.  Dan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri pada tingkat III di SMA Masehi Jepara sebanyak 95 mahasiswi.Sampel penelitian ini berjumlah 49 responden, diambil dengan teknik random sampling. Berdasarkan hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja akhir  SMA Masehi Jepara di dapatkan hasil  bahwa yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi, lebih banyak pada stres ringan - sedang (58,8-57,9%), sedangkan yang mengalami gangguan siklus menstruasi, lebih banyak pada  stres berat yaitu (100%). Ada hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja akhir SMA Masehi Jepara, didapatkan chi square sebesar 13,274 dengan p value sebesar 0,001. Saran yang diberikan kepada masyarakat khususnya remaja putri agar  meningkatkan pengetahuan tentang gangguan siklus menstruasi, sehingga bisa melakukan  pengendalian stres dengan baik.